Selasa, 26 Februari 2008

Matematika Bumi vs Matematika Langit.

Matematika Bumi vs Matematika Langit.
Menurut hitungan matematis,orang yang punya uang sepuluh juta rupiah kemudiandiambil lima juta untuk membantu biaya sekolah anak-anak yatim maka uangnya yang tersisa hanya tinggal lima juta rupiah Jika orang itu kemudian mempunyai pola perilaku tetap yaitu selalu memberikan separoh hasil usahanya untukmembantu orang lain yang kesulitan, maka menurut hitungan matematis ia pasti lambat kayanya dibanding jika ia tidak suka memberi. Jika ia menjadi kaya 10 tahun kemudian,maka logikanya jika tidak suka memberi, ia sudah bisa menjadi orang kaya lima tahun lebih cepat. Tetapi realitas kehidupan sering berbicara lain. Orang yang suka memberi justru lebih cepat kaya sementara orang yang kikir usahanya sering tersendat-sendat. Sama halnya orang dagang yang selalu mengambil keuntungan dengan margin tertinggi justru kalah bersaing dengan pedagang yang mengambil keuntungan dengan margin rendah. Kenapa? karena hidup itu bukan hanya matematis, ada matematika bumi dan ada matematika langit. Orang yang kekeuh dengan hitungan matematis dalam interaksi social tanpa disadari ia justeru kehilangan peluang non teknis yang nilainya tak terukur secara matematis, yaitu berkah. Berkah adalah terdaya gunanya nikmat secara optimal. Dari uang lima juta rupiah misalnya semua terinvestasi tanpa ada sedikitpun kebocoran, sehingga pertumbuhannya konstan. Sedangkan penghasilan yang tidak berkah dapatnya sepertinya banyak, tetapi yang terdayaguna hanya sedikit karena sebagian besar justeru bocor kewilayah-wilayah yang tak diperlukan. Matematika langit mengajarkan bahwa harta itu anugerah Tuhan. Tuhan menyuruh manusia untuk bekerja keras dan Tuhan akan memberi menurut kehendak Nya sesuai dengan rumus-rumus matematika langit. Zakat misalnya arti bahasanya adalah suci dan tumbuh, artinya orang yang disiplin membayar zakat hartanya menjadi suci (dari sorotan orang miskin) dan hatinya pun menjadi suci (dari keserakahan matematis). Filosofi zakat ialah bahwa di dalam harta si kaya ada hak orang lain (miskin), yang meminta atau yang malu meminta. Jika zakat tak dibayarkan, maka maknanya si kaya memakan hak orang miskin. Zakat diartikan tumbuh artinya harta yang dizakati akan berkembang volume dan maknanya secara sehat. Logiskah ini ?Tuhan mengajarkan melalui pohon. Pohon yang secara regular digunting rantingdan daunnya ia akan tumbuh berkembang secara indah dan berpola, karena dari ranting yang digunting akan tumbuh daun baru yang segar. Jika pohon itu tak pernah dipotong maka pohon itu terus berkembang tetapi tidak indah, tidak berpola dan bahkan bisa menjadi pohon besar yang angker. Orang kaya yang pemurah biasanya akrab dengan lingkungan, dicintai dan dihormati orang sekeliling. Orang kaya yang kikir seperti pohon yang angker, orang takut mendekat kecuali yang agak bau-bau pedukunan dan setan. Kearifan Universal dan Kearifan Lokal Matematika langit banyak sekali mengajarkan logika terbalik. Dari nilai-nilai kearifan local (Jawa) misalnya ada ungkapan; wani ngalah luhur wekasane, orangyang berani mengalah akan terhormat di belakang hari. Kalau menurut matematika bumi, mengalah sama saja dengan kalah, berarti lemah . Tetapi menurut matematika langit, mengalah adalah kekuatan, karena hanya orang kuat yang bisa mengalah. Mengalah berbeda dengan kalah, orang yangbisa mengalah biasanya menang dibelakang, orang yang menang-menangan biasanya akhirnya malah kalah. Nah nilai-nilai kearifan universal banyak sekali dijumpai, di ayat kitab suci, hadis maupun maqalah atau kata-kata mutiara. Berikut ini contohnya; Barang siapa (pemimpin) yang rendah hati, ia akan diangkat martabatnya oleh Tuhan, dan barang siapa (pemimpin) sombong, ia akan dijatuhkan Tuhan (mantawadlo`a rofa`ahulloh, waman takabbaro wadlo`ahullah / hadis nabi)Cintailah kekasihmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau benci, dan bencilah musuhmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau cintai (alGazali) Apa-apa yang kau sukai mungkin berdampak buruk bagimu, dan apa-apa yang kau benci mungkin justru berdampak positif bagimu (al Qur'an) Wassalam.

mmm, apa yah?

Okh iya, hidup itu tidak selamanya dipenuhi keceriaan, tapi untuk segala hal yang ada dimuka bumi ini semua ada waktunya. Ada waktu untuk menangis, waktu untuk tertawa, waktu untuk bersedih dan waktu untuk bahagia. Dan semua ini adalah perjuangan dan perjuangan itu harus dinikmati. Seberapa sulit dan lelahnya menjalani hidup ini namun kembali lagi semua itu harus dibuat menyenangkan. Saya pun berusaha untuk meyakinkan jiwaku. Untuk tetap bertahan dalam menghadapi hidup ini. Saya meyakinkan jiwa ini dengan bertanya : kalau tidak ada airmata, pasti kita tidak akan tahu bagaimana indahnya senyum. Kalau tidak ada kesedihan, pasti kita tidak akan tahu bagaimana rasanya bahagia Kalau tidak ada sakit hati, pasti kita tidak akan tahu bagaimana rasanya dicintai. Saya akhirnya belajar membuat setiap detik kehidupan ini berarti untuk dinikmati. Tidak mudah, tidak juga susah kalau kita memang mau dan berniat untuk membuatnya tidak kompleks. Akhirx Saya sadar bahwa kita tidak bisa melewati ini semua sendiri